Model-model formalisasi lahan hutan adat dan masyarakat: Kebutuhan untuk mengintegrasikan mata pencaharian ke dalam hak-hak dan tujuan-tujuan konservasi hutan

Download options
Download document

Pesan-pesan utama

  • Sebuah perbandingan persepsi masyarakat antara dua rezim reformasi tenurial hutan - lahan hutan yang diperuntukkan bagi pemanfaatan oleh masyarakat versus lahan yang dimiliki oleh masyarakat - di lapangan tidak menunjukkan bahwa salah satunya memiliki hasil yang secara konsisten lebih baik daripada yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai kelemahan dari kedua type reformasi tersebut dan kebutuhan untuk mengintegrasikan hak-hak, tujuan konservasi dan mata pencaharian secara lebih baik.
  • Hasil-hasil survei dari Indonesia, Peru dan Uganda memperlihatkan tingkat kerawanan pangan yang mengkhawatirkan di hampir semua lokasi dan (dengan alasan memprioritaskan hak-hak dan/atau konservasi) adanya kegagalan dalam memberikan perhatian yang cukup pada masalah-masalah mata pencaharian.
  • Perhatian yang lebih besar terhadap mata pencaharian membutuhkan: (a) peningkatan kesadaran akan ketahanan pangan dan kebutuhan mata pencaharian di masyarakat pedesaan; (b) tujuan-tujuan mata pencaharian yang lebih spesifik sebagai tujuan reformasi; dan (c) koordinasi multisektoral dan multilevel yang lebih besar untuk mewujudkan hal tersebut
  • Masalah-masalah mata pencaharian harus dimasukkan sebagai sebuah tujuan yang jelas dalam reformasi tenurial hutan dan sebagai sebuah indikator yang dapat diukur dalam usaha-usaha untuk mengevaluasi reformasi.
Authors: Larson, A.M.; Monterroso, I.; Liswanti, N.; Herawati, T.; Banana, A.Y.; Canturias, P.; Rivera, K.; Mwangi, E.
Subjects: gender, tenure, local communities, community forestry
Publication type: Brief, Publication
Year: 2019

Back to top

Sign up to our monthly newsletter

Connect with us